Wednesday, August 28, 2013

Bayi Sebelas Hari

Malam ini dingin banget, bulan Agustus, musim kemarau, jam 00:40. Sebelumnya gak pernah niat buat begadang malam ini, tapi sms yang masuk setelah maghrib tadi bikin gue kayak gini.

Enam belas bulan yang lalu, tepatnya 9 April 2012 dua bayi ini lahir dengan empat saudaranya yang lain. Si bungsu aku beri nama Timmy, sedangkan si nomor dua ini aku beri nama Black. Tanggal 19 April 2012, ketika umur mereka masih 10 hari mereka harus ditinggalkan induknya. Peristiwa yang tidak pernah akan aku lupa, Bilbil si ibu sudah kaku ditemukan di atap rumah dan sampai sekarang aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bilbil. Rasanya pasti sedih, hewan peliharaan yang kamu rawat dengan baik tiba-tiba sudah ditemukan tidak bernyawa, ditambah dia meninggalkan enam ekor anaknya yang masih berumur 10 hari.

Sejak saat itu, akhirnya aku memutuskan untuk tetap merawat si bayi-bayi ini. Aku menjadi pengganti Bilbil, ya karena aku harus memberi mereka susu. Sama halnya dengan bayi manusia, bayi kucing pun membutuhkan ASI untuk pertumbuhan mereka, bedanya bayi kucing hanya sampai umur 2 bulan. Hari pertama aku beri mereka susu khusus untuk kucing, cukup sulit untuk membiasakan mereka minum dari dot. Hari berikutnya aku ganti dengan susu SGM khusus untuk bayi baru lahir, sampai usia mereka 2 bulan.  Setiap dua jam sekali aku harus mengganti susu mereka dengan yang baru, aku rebus dot-dot mereka, setiap jam 2 pagi ketika mereka terbangun karena lapar aku pun terbangun dan langsung menyusui mereka, begitu seterusnya setiap dua jam sekali. Aku menikmati masa-masa itu, rasanya seperti punya bayi.

Sekarang, bayi-bayi ini sudah berumur 16 bulan dan aku harus ikhlas melepaskan mereka. Bukan, bukan karena aku sudah tidak menyayangi mereka lagi. Ini keputusan yang paling berat yang pernah aku ambil, sebuah keputusan yang mengalahkan ego diri. Aku mencintai mereka, mencintai mereka melebihi apapun.

Timmy, kucing betina bewarna putih kotor ini dulu kondisinya sangat memprihatinkan. Badannya kecil, bulu-bulunya rontok sampai ada beberapa bagian tubuhnya yang membotak. Kucing yang selalu menyendiri. Namun, ketika beranjak besar bulu-bulunya tumbuh lebat, jadi kucing yang cantik dengan mata berwarna biru muda. Porsi makannya juga paling banyak, paling pertama antri kalau aku sedang menyiapkan makan mereka.
Timmy, besok-besok gak bakal ada yang iseng colek-colek kaki orang yang lewat pake kukunya. Timmy cantik, aku pasti bakal kangen banget sama kamu. Kangen kamu yang rakus, kangen kamu yang sombong, gak mau disisir.


Black, kucing yang paling tengil. Waktu bayi paling galak, karena kalau lagi disusuin dia yang paling sering nyakarin sodara-sodaranya demi berebut dot. Kucing dengan mata bulatnya yang kepo, mata yang selalu membesar kalau lagi kaget. Kucing yang paling sering bersuara, paling sering request dielusin sambil guling-guling di lantai.
 Ah Black, besok aku gak akan nemuin kamu lagi nongkrong di balkon sambil liat ke bawah. Aku gak bakal denger suara protes kamu kalau aku telat kasih makan. Black, aku sayang kamu, maafin aku ya Black kalo akhirnya kita gak bisa sama-sama lagi.


Aku sayang kalian berdua, maafin aku karena kondisi aku sekarang aku gak bisa bareng kalian lagi. Semoga orang tua kalian yang baru lebih sayang ya sama kalian. I love you two, and I'll be missing you all the times...

  *balkon rumah, ditemani Black dan mata berair sebesar jengkol

Thursday, August 22, 2013

J.E.A.L.O.U.S

Rasa-rasanya pengen nyebur aja ke laut, yeah berhubung Bandung jauh dari laut kolam renang juga gapapa deh. Kolam renang 10 meter, nyebur ke dasar kolam terus muncul-muncul kepala udah dingin hati juga udah dingin. Atau aku boleh minta sama Tuhan supaya Dago Pojok hari ini bersalju? Eugghhhh aku kesal, gak suka sama kamu!
Iya kamu, kamu dan kamu!
Kalo pengen tau kenapa itu kamunya ada tiga? Iya itu "kamu" yang satu didedikasiin buat temen kompor gue, yang senantiasa kasih gue nasehat super bijak tapi bikin mata berair! Fakkkk!
"Kamu" yang dua ya silakan berasumsi aja elo siapa!
Oh Tuhan, hari ini negatif bener deh. Enggak sih, sebenernya sejak kemarin, sejak dementor mulai memborbardir lagi terornya sama gue, sejak itu dementor dapet nomer henpon gue dari cak-cak bodas. Blah!
Gimme gimme more power please! Rainbow power-nya peaddle pop juga lumayan lah.

*kantor, friday-free-time


Sunday, August 11, 2013

Papa

Pernah gak ngerasa pengen banget sama hidupnya orang lain?
Pernah gak ngerasa envy sama hidupnya orang lain?

Yes, I did. Aku selalu ingin memiliki keluarga yang utuh, dimana masih ada Papa dan Mama. Aku selalu ingin ada orang yang khawatir ketika aku pulang terlambat bahkan ketika aku tidak pulang. Tapi ya sudahlah, kehidupan harus terus berjalan kan?

Setiap orang punya caranya masing-masing untuk menyayangi seseorang. Itu yang aku yakini sampai sekarang, aku percaya Papa juga punya caranya sendiri. Lately I knew, ternyata Papa sudah lama sakit. Hallo Novia, where have you been before? Kemana aja kamu selama ini? Baru tau kalau Papanya sakit?! Well, I felt so selfish, so ignorant.

Faktanya, lebih baik mensyukuri apa yang sudah kau miliki ketimbang selalu mengeluhkan hal-hal lain. Well, usiaku sudah genap 20 bla bla bla (hahaha sudah terlalu tua) tapi sampai saat ini aku belum bisa membalas semua usaha Papa, apa yang beliau perjuangkan untukku sejak aku kecil.

Ada beberapa momen masa kecil yang masih melekat, salah satunya ketika aku datang ke kantor Papa di daerah Setiabudhi, dulu aku bercita-cita ingin bekerja di pertambangan juga. Entah kenapa, mungkin karena aku sering ditinggal Papa pergi ke luar kota bahkan ke luar pulau. Pernah satu waktu aku memaksa ikut Papa keluar kota, waktu itu aku merengek ikut Papa ke Banten. Papa baru saja pulang dari Palembang kala itu. Akhirnya aku pergi, teringat jelas aku sangat bahagia kala itu, kami naik bus dari Terminal Leuwipanjang Bandung menuju Pelabuhan Merak. Kemudian tak banyak lagi yang aku ingat, seingatku sesampainya disana kami transit di rumah kerabat Papa dan aku merengek lagi mengajak Papa main ke pantai. Papa membawaku ke pantai yang pasirnya hitam, disana banyak kapal-kapal besar dan bahkan banyak sekali sampah disana, ah mungkin itu pelabuhan. Ketika aku masih kelas 3 SD, umurku sekitar 9 tahun, aku ditinggal Papa, Mama dan Adikku ke Banjarmasin. Aku tinggal bersama nenek dan kakek, sejak saat itu aku mulai belajar hidup mandiri. Aku melakukan pekerjaan rumah yang biasa mama kerjakan, aku mencuci sendiri pakaianku, aku menyetrika, aku mencuci piring dan aku menulis surat juga kepada mereka.

Papa juga yang mengajarkan aku mencintai alam, dulu kami sering main-main ke Taman Hutan Raya Djuanda, dan aku berpendapat Papa tidak boleh melarangku naik gunung karena dulu Papa yang mengenalkan aku kepada indahnya alam ini :)
Aku juga sering diajak Papa memancing, ya memancing memang hobi Papa sampai sekarang. Pernah aku dan Papa memancing, kemudian Papa mendapatkan seekor ikan mas yang bentuknya berbeda dari yang lain aku langsung meminta agar ikan itu dipelihara saja, jangan digoreng. Aku masih ingat ikan itu aku beri nama Buyung. Tapi Buyung tidak bertahan lama, beberapa hari kemudian ia mati.
Soal binatang, Papa memang mengajarkanku untuk tidak takut dengan binatang. Sejak kecil aku senang memelihara binatang, kucing memang yang terfavorit, kucing pertamaku namanya Melon. Kemudian aku memelihara kera kecil yang diberi nama Emon, dan yang paling keren aku pernah memelihara burung elang! Tapi itupun tidak berlangsung lama, burungnya kami lepas karena burung elang dilindungi pemerintah.

Pa, aku janji tidak lama lagi aku akan membuatmu bahagia, ya tentu saja dengan caraku sendiri. Aku akan membuatmu bangga. Tetap sehat ya pa, nanti kelak kau akan menjadi wali ketika aku menikah, kau akan menjadi Abah dari anak-anakku. Aku mencintaimu Pa, bagaimanapun keadaanmu saat ini :')